Izin bertanya pak, saya ingin menerapkan pembelajaran Blockly ini di kelas, tetapi koneksi internet di sekolah saya sering kurang stabil. Apakah platform atau tool Blockly yang kita gunakan ini wajib online, atau ada versi yang bisa offline yang bisa saya manfaatkan untuk pembelajaran?
Kalau misalkan murid sudah terbiasa dengan Blockly, langkah berikutnya apa yang bisa saya lakukan supaya mereka bisa mulai berpikir lebih logis dan sistematis dalam memecahkan masalah nyata?
Di kelas saya, sebagian siswa menganggap matematika membosankan, terutama konsep pecahan, persentase, dan grafik. Beberapa siswa lebih tertarik pada aktivitas digital, misalnya game atau animasi, Bagaimana saya bisa merancang game coding sederhana yang membuat konsep matematika abstrak menjadi lebih nyata bagi siswa?
Terkadang ketika dilapangan, kita sebagai guru sangat susah menerapkan STEM ini. Kita sudah menyiapkan semua sedemikian mungkin, tetapi terkendala oleh banyak hal, yang paling utama adalah semangat dan kemauan anak. Mungkin ada sebagian anak yang semangat, namun lebih banyak yang tidak. Sehingga adakah saran dari pemateri yang dapat menjadi pemantik semangat anak sebelum penerapan STEM ini. Terimakasih…
Ketika mengintegrasikan STEM, apakah kita benar-benar menghapus sekat antar mata pelajaran, atau hanya “menempelkan” aktivitas STEM pada kurikulum yang sudah ada?
Bagaimana guru dapat merancang sebuah proyek PjBL berbasis STEM yang secara efektif mengintegrasikan keempat disiplin ilmu (Sains, Teknologi, Teknik, Matematika) sekaligus memastikan hasil proyek memiliki relevansi dengan tantangan dunia nyata/lingkungan sekitar?
STEM itu kan pendekatan pembelajaran ya? Pembelajaran Mendalam juga pendekatan pembelajaran ya? Apakah artinya pembelajaran mendalam harus dikesampingkan dulu jika kita ingin menerapkan pendekatan pembelajaran STEM? Atau bisa kah dalam satu model pembelajaran itu kita menggunakan lebih dari satu pendekatan pembelajaran secara sekaligus dan bersamaan???
Mohon izin bertanya, semoga bisa dibacakan MC di saat sesi nantinya. Banyak guru masih memandang pembelajaran sebagai transfer pengetahuan, bukan fasilitasi eksplorasi. Menurut Ibu, apa pendekatan paling efektif untuk mengubah paradigma ini agar guru siap menjadi “learning designer” dalam konteks STEM–PjBL?
terima kasih🙏